Pameran Dan Nominasi Bonsai di Semarang
Pameran dan Nominasi Bonsai
Tiga dari sepuluh bonsai terbaik yang diunggulkan meraih gelar juara ternyata berupa Cemara Laut (Casuarina equisetifolia). Sedangkan tujuh lainnya berupa Cemara Duri, Beringin, Santigi, Mustam, Landepan, dan Pinus. Kesepuluh tanaman bonsai itu tampil sebagai yang terbaik dalam pameran Kirab Bonsai 90, di Semarang yang diikuti 235 tanaman. Jurinya Sujarwo Sigit, Oentong Soekotjo, Ny. Sugeng Sigit, Risyanto Suryadi, Tarsisius Hendra, Sulaiman, Firdaus. L. Sanusi, Drs. Wahyudi, dan Krisno Yowono, dan juri agung Ismail Sanjaya.
Kriteria penilaian meliputi komposisi garis batang/cabang/ranting, komposisi bidang, keseimbangan fisik tanaman, keseimbangan antara tanaman dengan pot dan harmoni. "Sedangkan yang pokok, ya keindahan tanaman itu sendiri secara keseluruhan," ujar Drs. Wahyudi, salah seorang juri.
Lebih bervariasi dari arena pameran di Candi Garden, Delta Mall, Semarang, ini terlihat perubahan variasi gaya maupun jenis bonsai yang dihadirkan.
Di tahun-tahun sebelumnya, pameran bonsai lebih didominasi oleh Pinus (Pinus merkusii) dan Beringin (Ficus benyamina). Kali ini tampak lebih semarak. Aneka jenis tanaman yang bisa dijadikan bonsai muncul dalam berbagai gaya. Kelompok Cemara hadir cukup banyak, mulai dari Cemara Laut yang konon sedang diburu peminat sampai ke pameran bonsai di Semarang.
Cemara Buaya. Ada juga tanaman baru yang muncul di arena pameran, seperti Sekuncung dan Sapu-sapu dari Bangli. "Mungkin kehadirannya bak perawan desa yang ikut kontes kecantikan. Di samping munculnya tanaman baru, Kirab bonsai saat ini pun mengalami perkembangan. Bonsai-bonsai tunggal yang sederhana tidak lagi mendominasi arena. Kini ikut hadir tanaman bonsai gabungan yang lebih indah dan rumit, memberi pertanda adanya perkembangan dalam dunia tanaman mini ini. Bonsai gabungan, bukan hanya terbentuk oleh dua tanaman, tapi juga ada yang menampilkan tiga, empat, bahkan sepuluh pohon dalam satu pot. Tapi itu yang dipamerkan. Sedangkan untuk bursa, ada pedagang yang membentuk dua puluh tanaman dalam pot berukuran sekitar dua meter yang bernilai jutaan rupiah.
Tanaman buah
Bonsai tanaman buah yang dipamerkan tidak terlalu banyak. Salah satu yang menarik ada lah bonsai buah Asam (Tamarindus indica) yang sedang berbuah Cemara Laut (Casuarina equisetifolia) lebat. Ukuran buahnya normal, tinggi tanaman sekitar 40 cm. Tanaman itu tumbuh seolah-olah di atas batu, dan konon telah ditraining lima tahun. Selain Asam, yang juga menarik adalah Jeruk Kingkit. Sayang saat itu sedang tidak berbuah. Walaupun begitu kehadirannya menawan, karena dibentuk dalam gaya Kengai yang condong ke bawah bak air terjun. Masa trainingnya sekitar empat tahun. Di bagian tengah salah satu stand, ada bonsai Buni yang sedang berbunga. Tingginya sekitar 50 cm, dan telah ditraining tujuh tahun. Bonsai ini tidak terlalu istimewa, tapi pantas untuk dinikmati, selain tergolong langka.
Mame bonsai
Menurut Oentong Soekotjo, perkembangan mame bonsai (bonsai mini yang maksimal 15 cm tingginya) di Indonesia saat ini bisa dikatakan meningkat. Ini terlihat dari penampilannya di pameran, yang sejajar dengan bonsai besar. "Saya sebenarnya condong memberi nilai kredit lebih tinggi pada mame bonsai daripada bonsai besar. Sebab, membentuk yang kecil secara sempurna jauh lebih sulit daripada yang besar," ujarnya pada Nature Today di ruang pameran. Dari kelompok bonsai kecil ini, terlihat Soka merah jambu berukuran mini yang menarik, karena sedang berbunga. Tanaman mini ini juga diperjual belikan di bursa tanaman. Harganya bervariasi mulai Rp 75.000,00, sampai Rp 250.000,00.
Cemara Laut (Casuarina equisetifolia)
Tiga cemara Laut yang dinominasikan, masing-masing milik P. Hermawan (Semarang), Wahyudi (Semarang), dan Seno (Malang). Milik Seno bergaya triple trunk dengan masa training lima tahun. Tingginya 57 cm. Bonsai ini diberi nama tiga dewa karena berbatang tiga meskipun kesannya berbatang empat. Padahal angka itu selama ini dihindari dalam kaidah bonsai berbatang banyak. Nah bila cabang terkiri dibuang dan yang kedua dari kiri diukir lagi, akan .diperoleh kesan berbatang tiga. Pengaturan lekuk liku dan bentuk batang yang cukup baik, membuat bonsai ini sangat indah.
Cemara Laut milik P. Hermawan asal Semarang tingginya 76 cm, lama training 2 tahun. Pengaturan cabangnya cukup baik hingga mirip "black pine." Bonsai kekar ini berbatang dua, tetapi yang kecil dilatih sebagai cabang. Hal ini melemahkan, karena letaknya terlalu di bawah. Cabang pertama dari batang utama terletak tepat di atas batang kecil. Ini mengakibatkan bagian sebelah kanan terlalu berat. Seandainya cabang ini dipotong, dan anak dilatih sebagai pohon kecil,penampilannyaakan lebih menarik. Cemara Laut milik Drs. Wahyudi, gayanya Grouping. Tingginya 70 cm dengan lama training 2 tahun.
Cemara duri (Juniperus chinensis)
Dua cemara duri milik Tarsisius Hendra dari Bandung berhasil masuk nominasi. Gaya kedua bonsai itu berbeda. Satunya Literati dengan tinggi 90 cm dengan masa training 8 tahun. Satunya lagi berbatang dua dengan sebuah batang mengarah semi cascade. Namun bonsai ini dapat juga disebut berbatang satu dengan kriteria "Sashieda" atau sebuah cabang sangat dominan. Tingginya 80 cm, lama training 8 tahun. Di Indonesia, bentuk cemara duri ini termasuk langka dan istimewa. Sayang pembua tan ukiran terlalu berlebihan sehingga kesan buatannya masih sangat menonjol. Bagian depan seyogyanya tidak dikelupas semua, disisakan sedikit kulit hidup yang menuju arah belakang, hingga filosofi kehidupan itu dimulai dari depan bisa dipenuhi. Bonsai akan lebih baik lagi bila ditanam dalam pot yang lebih dalam, rapat ke sebelah kanan hingga seimbang secara keseluruhan.
Santigi (Pemphis acidula)
Bonsai milik Nusalim asal Tangerang ini bergaya raft atau tumbuh dari batang. Tingginya 45 cm, lama training 5 tahun. Gaya ini masih sangat jarang di Indonesia. Bentuknya nyaris sempurna. Perawatan serta kesehatan pohon juga sangat baik. Cukup pantas bila bonsai ini menjadi salah satu yang terbaik di Indonesia.
Mustam/irengan (Diospyros montana)
Bonsai gaya tegak milik Agus Gunadi dari Pamekasan ini, tingginya 75 cm, Iama training 6 tahun. Batangnya sangat kokoh karena ditunjang perakaran yang baik. Namun sayang belum cukup matang. Cabang-cabangnya masih terlalu kecil. Dengan perawatan yang baik, empat atau lima tahun lagi bonsai ini diharapkan menjadi sebuah master piece. Pot yang lebih dalam sebaiknya dipakai agar akarnya bisa ditanam lebih dalam. Dengan demikian akar yang terpotong tidak tampak, hingga bonsai kelihatan lebih alami. Pemenang lainnya adalah Beringin (Ficus benyamina) milik R. Sardjono asal Semarang. Tingginya 75 cm dengan lama training 8 tahun. Landepan (Plectronia horrida), bonsai gaya bunjin milik Sugianto dari Malang ini tingginya 80 cm dengan lama training 8 tahun. Dan Pinus (Pinus merkusii), bonsai milik Gani Djemat, tingginya 82 cm dengan lama training 7 tahun. Dari kegiatan pameran bonsai yang berlangsung empat hari dan kongres PPBI selama dua hari, Indonesia diharapkan lebih siap menghadapi kegiatan internasional, seperti Asia Pacific Bonsai Convention 1991, bulan Juli mendatang di Bali.
Penggabungan dua sampai tiga butir umbi, dan pemotongan batang, ternyata menghasilkan tanaman yang bisa bercabang. Model ini mengantar Nolina tampil lebih cantik, dan banyak digemari pencinta tanaman hias. Beaucarnea recurvata yang lebih dikenal derigan nama Nolina, secara alamiah tumbuh lurus ke atas tanpa membentuk percabangan. Kondisi ini sekarang telah berubah. Nolina tidak lagi tegak, tapi tampil bercabang. Itu yang terlihat di pameran tanaman hias, maupun pusat-pusat penjualan tanaman.
Percabangan tanaman ini bukan alami, tapi sengaja dibuat orang agar dia bisa tampil lebih indah. Untuk itu ada tiga cara yang telah dicoba oleh Nuraini Anggun Ayu, dan hasilnya Nolina punya kelipatan harga yang menggembirakan. Gabungan "umbi". Cara yang pertama ini menganut prinsip membentuk gabungan "umbi". Langkah awal, ambil dua umbi tanaman Nolina yang berukuran sebesar bola bekel. Cabut dan bersihkan akarnya dari tanah yang menempel. Kemudian belah umbi itu secara vertikal. Ingat. Belahan yang akan digabungkan harus mempunyai batang dan daun. Sedangkan belahan umbi yang satunya tidak memiliki apaapa. Hal yang sama juga dilakukan pada tanaman Nolina yang kedua. Setelah itu gabungkan kedua tanaman yang berbatang dan berdaun tadi. Gunakan kawat bonsai atau tali rafia untuk mengikatnya erat-erat.
Langkah selanjutnya adalah menanam kembali tanaman gabungan itu dalam satu pot. Siram air secukupnya, kemudian tempatkan di tempat yang teduh. Menurut pengalaman R. Soedadi, dibutuhkan waktu empat bulan agar kedua tanaman ini melekat satu sama lain. Cara inipun dapat dilakukan untuk menggabungkan tiga umbi. Tapi harus diperhatikan, pengaturan ketiga umbi yang akan diiris, agar belahannya bisa bergabung membentuk umbi baru yang utuh. Potong bagian leher
Cara yang kedua, anda harus memilih Nolina yang umbinya sudah sebesar bola tenis. Pilih tanaman yang sehat, dan tidak perlu dicabut dari pot. Langkah berikutnya, potong bagian batang tanaman tepat dibagian leher umbi. Hal yang harus diperhatikan, pemotongan wajib menggunakan pisau yang tajam dan bersih. Tujuannya, agar dapat dihasilkan potongan tanaman yang bagus dan rata. Setelah itu, tanaman Nolina yang tinggal umbinya ini disimpan di tempat yang teduh. Siram dan tetap diberi perawatan sebagaimana tanaman lainnya. Pengalaman R. Soedadi, dalam waktu dua bulan akan tumbuh tunas baru. Dari sekian banyak tunas yang muncul, dapat dipilih dua, tiga, atau lima tunas sesuai keinginan. Kini kita pun bisa mendapatkan tanaman NOlina yang bercabang.
Potong, sisakan bagian batang
Cara yang ketiga ini mirip dengan cara kedua. Perbedaannya terletak pada bagian yang dipotong. Bahanny,a sama, yaitu tanaman Nolina yang umbinya sudah sebesar bola tenis. Langkah berikutnya potong dengan pisau yang tajam dan bersih, bagian batang, kira-kira 20 cm di atas umbi. Kemudian tanaman tadi ditempatkan di tempat yang teduh. Tunggu dalam waktu dua bulan, akan muncul tunas-tunas muda dari bagian yang dipotong. Selanjutnya, tinggal dipilih tunas mana yang akan dibesarkan. Sisanya, tinggal dibuang saja.
Yang lebih dan kurang
Mana yang lebih menguntungkan dari ketiga cara tersebut? Jika cara pertama dilakukan, kita bisa memperoleh tanaman Nolina yang bercabang, dalam kondisi bukan tunas lagi. Tapi kerugiannya, di-butuhkan tanaman Nolina lebih banyak. Juga, meskipun tanaman itu sudah bersatu, bekas sayatan akan tetap terlihat.
Cara kedua dan ketiga lebih irit tanaman. Bagian umbi pun tidak terganggu pertumbuhannya dan tetap bulat. Hasilnya, pertumbuhan tunas Nolina akan terlihat lebih alami. Selain itu, bagian atas Nolina yang telah dipotc,mg bisa ditanam kembali. Caranya, hagian potongan itu diolesi zat perangsang akar. Medianya berupa pasir, dan letakkan di tempat teduh. Biasanya, dalam waktu tiga bulan, batang Nolina tadi sudah berakar dan siap ditanam dalam pot. Walaupun begitu, bentuk umbinya tidak akan secantik tanaman induknya. Nah, ketiga cara ini dapat dipilih untuk melahirkan tanaman Nolina yang bercabang. Yang pasti, ketiganya pernah dicoba oleh Nuraini Anggun Ayu. Hasilnya, harga Nolina yang berumbi sebesar bola tenis akan menjadi tiga kali lipat atau Rp 75.000,00 kalau bercabang
0 Response to "Pameran Dan Nominasi Bonsai di Semarang"
Posting Komentar