Harga Pot Bonsai Impor Bonsai Akibat Devaluasi

Pot untuk bonsai biasa didatangkan dari Jamaica, Tunisia atau Hungaria. Sudah barang tentu harganya pasti mahal. Apalagi dengan adanya ketentuan Pemerintah yang melarang barang-barang impor masuk ke Indonesia. Belum lagi dengan devaluasi yang pernah membuat para importir ini morat-marit. Harga pot bonsai impor semakin meninggi, sementara pembeli semakin surut karena mahalnya yang tidak kepalang tanggung. Pot bonsai impor yang terbuat dari tanah yang dipres dengan kekuatan tinggi ini memang berkualitas baik. 

Namun perjalanan yang cukup jauh sering membuat salah satu barang impor ini menjadi retak. Nah, siapa yang tertarik memasarkan pot bonsai ini kalau begitu banyak kesulitan yang menghambat di tengah jalan ? jenis bonsai mana saja yang boleh ditanam. Warna putih merupakan warna yang netral, jenis tanaman apa saja boleh dimasukkan ke dalam pot berwarna putih. Pot biru digunakan untuk menanam bonsai yang memiliki bunga, buah ataupun berbatang banyak. Sedang pot berwarna coklat hanya khusus digunakan untuk bonsai jenis cemara dan pinus.




Anton Wahyudi, pecinta dan pengusaha bonsai di Mangga Besar 8 Jakarta, membuka rahasia bagaimana cara menentukan ukuran pot yang sesuai untuk tinggi besar bonsai yang bervariasi. Menurutnya, lebar pot haruslah 2/3 bagian dari panjang bonsai di atas permukaan tanah. Jadi kalau bonsainya setinggi 30 cm di atas permukaan tanah, carilah pot yang lebarnya sekitar 20 cm. Di negara kita, sudah ada juga yang membuat pot bonsai dengan teknik yang cukup baik. Pabriknya ada di daerah Candi, Sragen. Raja Keramik, begitu nama perusahaannya, setengah tahun ini mencoba membuat pot-pot bonsai. Pabrik keramik yang mempunyai karyawan 1.000 orang ini membuat pot bonsai dari campuran porselen dan tanah liat.

Campuran bahan tersebut dicetak, dipres, kemudian dibakar. Setelah didinginkan, baru digambari. Biasanya gambarnya berupa bunga kecil-kecil dengan warna yang lembut. Menurut Wanda, agen Raja Keramik di Bandung, gambar pada pot tersebut dibuat dengan tangan, baru kemudian di glasi sebagai kerja akhirnya. Selama setengah tahun ini menjadi agen pot bonsai banyak rasa optimis yang didapat. Potpot banyak yang laku, apalagi kalau ada pameran. Harganya relatif jauh lebih murah dibanding dengan pot impor. Kalau pot impor harganya berkisar antara Rp. 20.000,00 sampai dengan Rp. 60.000,00 — pot bonsai dari Raja Keramik harganya mulai dari Rp. 4.000,00 sampai dengan Rp.8.000,00.

"Menurut saya, kualitasnya tidak kalah dengan pot impor. Pot impor kan harus bayar pajak yang besar, belum lagi dengan kebudayaan kita yang masih silau dengan barang-barang berbau luar negeri," begitu cetus Wanda, ibu muda yang disainer interior ini kepada Nature Today. Yang terang, ia begitu yakin akan masa depan yang baik bagi pot-pot bonsai buatan lokal ini. Terlepas dari itu semua, sebetulnya ada yang perlu kita ketahui mengenai seni dan aturan pemakaian pot yang cocok untuk bonsai. 

Ternyata warna pot turut menentukan bandingan ini pasti bonsai dan pot akan terlihat serasi. Pot yang berbentuk oval lebih cocok untuk bonsai yang berkelompok (gaya grouping. Hutan pinus, misalnya). Pot oval yang agak dalam pantas untuk bonsai yang berbatang besar. Pot bulat sifatnya lebih netral. la harus dipakai untuk bonsai yang bisa dilihat dari segala sisi. Tetapi ia bagus juga untuk gaya yang tegak lurus atau tegak.

Pot lokal bikinan Raja Keramik dari Bandung. Lebih murah dari pot impor. Sempat lebih mempunyai banyak variasi. Bisa untuk bonsai yang bergaya tegak lurus, tegak, miring atau grouping. Untuk gaya air terjun, biasanya kita memerlukan pot yang agak dalam.
Semua ini adalah patokan umum yang dapat membantu kita dalam menentukan pemilihan pot yang sesuai dengan jenis bonsai yang kita miliki. Tetapi tentu saja kita boleh berkreasi sendiri, asal hasilnya harmonis atau malah menjadi lebih sempurna ! 

Dengan hormat, Bersama ini kami ingin mengajukan permintaan, dapatkah di edisi mendatang Nature Today menurunkan artikel yang lengkap mengenai tanaman Gayatri Elaeocarpus citrus?
Tanaman itu sangat menarik perhatian saya, karena sebelumnya saya mengira bahwa tanaman itu termasuk dalam kelompok tanaman langka. Ternyata tanaman itu telah dibudidayakan secara baik oleh masyarakat Kebumen di Jawa Tengah. Secara sedikit tanaman itu telah diberitakan oleh harian Suara Merdeka tangga116 Oktober 1990. Tetapi Nature Today bisa meninjaunya dari segi yang Iebih luas seperti segi kegunaannya, budidaya, prospek pengembangannya di masa mendatang, daerah penyebarannya, dan sebagainya. 

Atas bantuan dan segala informasi yang telah Nature Today berikan, sebelum dan sesudahnya kami sampaikan banyak terimakasih. DRS. Dodik Gunawan Jalan Kemuning 3/433 Perumnas Candi Yogyakarta. Semua surat yang berisi pertanyaan atau untuk meminta informasi mengenai masalahmasalah Pertanian, Peternakan dan Perikanan ke Majalah Nature Today; harap ditempeli Kupon Surat edisi terakhir dan dilampiri perangko baru Rp 500,00. Sesuai dengan namanya, buah asam (Tamarindus indica ) selalu berasa asam. Tapi di Thailand (Muangthai) ada buah asam yang manis. Orang Lazim menyebutnya sebagai asam bangkok atau di sana disebut mukham. Di Indonesia, bibitnya sudah lama tersebar. Untuk menguak lebih jauh ihwal asam manis, wartawan Nature Today Maudy Ekowati melacaknya sampai ke Petcheboon dan Nakhon Pathon, Thailand.

Dara Petcheboon terasa kering tapi tak seberapa panas. Maklumlah, kota yang berjarak sekitar 400 km dari Bangkok ini terletak di ketinggian 350 m dpl. Musim keringnya lebih dari 5 bulan. Boolan, seorang petani asam manis yang ditemui Nature Today di Patcheboon mengatakan bahwa hujan yang biasa turun di sana hanyalah rintik-rintik saja. Di tanah lempung berpasir (Sandy loam) yang pHnya antara 6,5 sd. 7 itulah tanaman asam manis tumbuh dengan subur. Cabang dan rantingnya sudah mulai bermunculan pada jarak 20-40 cm dari permukaan tanah. Boolan, petani yang ditemui Nature Today di Petcheboon itu sudah 13 tahun menjadi petani mukham. Ia mulai bertani dengan sepetak kebun seluas 11 rai (1,76 ha). Tetapi kini kebun mukhamnya sudah berkembang menjadi 5 dengan total luas 318 rai (50,88 ha). Pada waktu Nature Today datang ke kebunnya, buah di pohonpohon Sweet Tamarind itu masih agak muda. Menurut Boolan, tanaman mukhamnya biasa dipanen pada November sampai dengan April.

Biasanya panen raya asam manis di Petcheboon terjadi pada bulan Januari dan Februari. Boolan biasa menjual asamnya dengan harga 180 sd. 200 bath per kg (Rp12.600,00 sd. Rp 14.000,00). Padahal 1 kg-nya hanya berisi sekitar 30- 35 buah saja. Harga ini cukup tinggi dibanding dengan harga buah-buahan lain seperti rambutan Rongrien yang hanya 20 bath (Rp 1.400,00) per kg. "mukham atau sweet tamarind, barangkali memang sudah ditakdirkan menjadi buahnya orang kaya," kata Boolan sambil tertawa terkekeh-kekeh.

Meskipun harganya mahal, buah asam manis ini tetap laris. Di Cha Thuk Chik Market, pasa buah dan sayuran terbesar di Bangkok, asam manis ini ditawarkan dalam kemasan kardus kecil bertulisan huruf Thailand. Ada juga yang dikemas dalam kantung plastik transparan diikat pita warna-warni. Masing-masing kemasan beratnya 1 kg. Akan tetapi yang kemasan plastik beratnya ada yang hanya 0,5 kg. Seorang pedagang asam manis di pasar itu mengaku mampu menjual paling sedikit 40-60 dus (40-60 kg) per hari. 

Sementara menurut Boolan, selama ini tak pernah ada hasil panen dari kebunnya yang tersisa. Tiap kali panen datang, pedagang buah sudah menunggu untuk memborongnya. Bahkan menurut Pairoj Polprasid dari Departemen Pertanian Thailand, asam manis juga laku keras di luar negeri. Ahli hortikultura Thailand yang pernah diundang Nature Today sebagai pemrasaran dalam Seminar Buah Unggul Nasional di Hotel Borobudur Intercontinental, Jakarta tahun 1989 ini menjelaskan bahwa Malaysia, Singapura, Hungaria, Amerika Serikat, Jerman dan Perancis sudah lama mengimpor asam manis dari Thailand meskipun volumenya masih kecil.

Berasal dari South East Konon, asal-usul asam manis ini dari kawasan timur laut (South East) Thailand seperti Ubon Racatani, Mukhdakon, Nakhon Panom, dan lain-lain. Di kawasan itu kita masih dapat menjumpai pohon asam manis yang umurnya sudah Hao Wiratcharanwong dengan asam manis varietas Simantu yang tengah berbuah lebat. Ini asam manis varietas yang bongkok Boolan petani asam bagai bentuk udang manis teladan di Petcheboon.

Mencapai 100 tahun Namun saat ini yang berkembang sebagai sentra asam manis di Thailand justru Petcheboon, sedang Nakhon Pathom merupakan salah satu daerah pengembangannya. Kalau Petcheboon terletak 400 km dari Bangkok, Nakhon Pathom hanya sekitar 70 km dari ibukota Thailand itu. Kondisi tanahnya lempung berpasir sama dengan Petcheboon. Ketinggiannya cuma 150 m dp1 dan curah hujannya 1.500-2.000 m per tahun dengan 5-6 bulan curah hujan. Selama ini masyarakat Thailand percaya bahwa asam manis dari Petcheboonlah yang rasanya paling manis. Para petani Petcheboon sendiri juga yakin akan hal ini. 

Bahkan banyak pula yang beranggapan bahwa tanaman asam manis hanya dapat berbuah manis apabila ditanam di Petcheboon. Kalau ditanam di luar Petcheboon akan berubah menjadi asam. Anggapan demikian dibantah oleh Hao Wiratcharanwong, seorang petani asam manis dari Nakhon Pathom. Untuk membuktikan ucapannya, Hao minta Nature Today mencoba mencicipi buah asam manisnya yang sudah disimpan dalam Frezer selama 1 tahun. Ternyata Hao benar. Meski sudah lama dalam frezer, asam Nakhon Pathom ini tetap terasa sangat manis.

Pendapat bahwa asam manis hanya dapat ditanam di Petcheboon juga dibantah oleh Vintana Suriyapananont, Ph.D. seorang peneliti asam manis dari Katsetsart University Bangkok. "Tidak benar bila ada yang mengatakan bahwa Sweet Tamarind hanya bisa berbuah manis kalau ditanam di Petcheboon. Menurut peneliti ini, rasa manis dari Sweet Tamarind tidak ditentukan oleh tempat tumbuhnya. Jadi di manapun atau di tanah jenis apapun ia ditanam, rasanya akan tetap manis. "Sebab rasa manis ini dibawa secara genetik, tergantung dari varietasnya," kata peneliti ini saat menerima Nature Today. 

Sebagai bukti, peneliti ini menunjukkan bahwa di Petcheboon pun ada pula buah asam yang rasanya asam. "Pakduk adalah contoh varietas Sweet Tamarind yang rasanya agak asarn," tambah Vintana menjelaskan. Kalau selama ini asam manis Pe-tcheboon dianggap yang terunggul, itu hanya karena faktor iklim. Kawasan Petcheboon yang kering itu memang cenderung menghasilkan buah sweet tamarind yang berukuran besar-besar dengan daging buah yang cenderung kering. Tetapi rasa manisnya tetap sama.

Di Indonesia, tanaman sweet tamarind sudah mulai dikenal sejak awal tahun 80- an. Bibit asam manis alias asam bangkok itu ada yang berasal dari biji buah sweet tamarind yang dibeli dari Bangkok sebagai oleh-oleh. Tapi ada juga penggemar tanaman buah yang langsung mendatangkan bibitnya dari Thailand. Penangkar bibit buah-buahan Daisy Jaya di Pondok Gede misalnya, pada tahun 1989 pernah menunjukkan tanaman asam manisnya yang tengah berbuah pada Nature Today. 

Rasa buahnya tetap manis meskipun masih muda. Beberapa hobiis tanaman buah yang sudah mengoleksi sweet tamarind juga mengatakan bahwa asam manisnya tetap menghasilkan buah yang manis rasanya. Selain yang berasal dari Thailand, masyarakat Indonesia juga percaya bahwa ada asam manis yang asli Indonesia. Di Banyuwangi, pohon asam manis yang dikeramatkan masyarakat ini konon ditanam oleh Pak Gawat, di jaman Belanda dulu. Menurut mereka yang pernah menemukan buahnya yang jatuh dan Buah Asem Jawa manis berani mencicipinya, rasanya memang manis. Meskipun masih ada,rasa asamnya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Harga Pot Bonsai Impor Bonsai Akibat Devaluasi"

Posting Komentar