Petani Udang Galah Merugi Karena Virus

Pertama kali virus ini ditemukan di Sampang, tahun 1986. "Tapi ada catatan bahwa asal mula virus itu, dari udang yang ada di laut. Bahkan tahun 1983 pernah ditemukan, udang di laut Singapura dan Riau, sudah ada yang terkena virus," katanya waktu menjumpai Nature Today. Cianjur, 570 juta. Selama tahun 1997, kabupaten Cianjur mengalami kerugian Rp 570.700.000,00 akibat virus yang menyerang tambak di lima kecamatan, seperti Kanjuruhan 51.5 ha, Cianjur Utara 11.8 ha, Amartapura 12.1 ha, Babakan 25 ha, dan Losari 11.6 ha. Menurut Ebat Hanjaya, staf bidang produksi dinas perikanan Kab. Cianjur, tahun 1988 pun virus ini pernah muncul. "Tapi kerugian yang dialami saat itu tidak sebesar sekarang. Sekitar 24 juta rupiah. Tapi jika dilihat dari tambaknya, ya rugi sekitar 6 ton/ha. Sebab yang diharapkan 9 ton /ha, nyatanya yang diperoleh sekitar 3 ton/ha," katanya pada Nature Today.

Sementara itu, Ahmad seorang petambak udang di kecamatan Kanjuruhan mengemukakan, bahwa tambaknya telah terserang virus sejak lima bulan yang lalu. "Kerugian yang saya alami sekitar Rp 200 juta. Bahkan, sekarang ini, baru saja dua minggu yang lalu menanam benur, nyatanya sudah terkena virus," katanya. Kerugian terbesar akan dialami, jika benur yang terkena virus berusia 1 bulan. Sebab, udang tidak dapat dijual karena terlalu kecil. Tapi, apabila udang berusia 3-4 bulan yang terkena virus, kerugian bisa lebih kecil, karena udang sudah bisa dijual.



Gejala

Udang yang terkena virus, menurut Ahmad Poernomo, Msc, secara umum terlihat lemah, berenang ke pinggir, nafsu makan kurang. Tubuhnya kadang-kadang merah, mula-mula pada ekor dan kepala, sampai akhirnya seluruh badan. "Beratnya kurang, karena tubuhnya keropos. Jika dilihat bagian dalamnya, terlihat hepato pankreasnya keruh pucat, kadang-kadang membengkak, dan sering berbau amis. Sedangkan pada gejala kronis, rostum, ekor, dan kakinya rusak serta tubuhnya ditumbuhi lumut," kata peneliti perairan itu.

Kematian pada udang itu terjadi antara hari pertama sampai ke tujuh, setelah udang menunjukkan gejala awal terserang virus. "Biasanya yang pAhmadng peka terkena virus, adalah udang berusia satu bulan. Tapi jangan salah, virus inipun bisa menyerang udang mulai dari pendederan sampai umur siap panen," katanya.
Ahmad maupun Ebat dapat melihat gejala  gejala tadi pada tambak udang yang dipantaunya. Udang yang terkena virus akan terlihat lebih sering mengambang, dan kalau berenang berputar-putar. "Nafsu makannya nol. Misalnya hari ini diberi pakan 200 kg habis, maka keesokan harinya nol, tidak ada yang dimakan. Dan kalau bagian kepalanya dibuka, terlihat pencernaan makanannya bengkak," tutur Ahmad.


Pencegahan

Jenis virus yang menyerang udang galah itu terdiri atas MBV, BMN, HPV, dan IHHN. "Penyakit ini ganas, dan sampai saat ini belum ada obatnya," kata Ahmad Purnomo, Msc. Virus ini hanya menyerang udang galah. Kunci utama pencegahannya terletak pada faktor lingkungan. Sisa makanan pada satwa air dapat merusak lingkungan. Karena itu kalau lingkungan bisa dijaga, penyakit tidak akan mengganggu. Virus ini hanya menyerang tambak intensif pada lokasi yang terlalu banyak tambaknya. Ini menunjukkan daya dukung lingkungan sudah tidak memadai lagi. Misalnya, daya dukung lingkungan hanya 50 ha. Tapi jumlah areal tambak yang ada sampai 200 ha. Ini berarti daya dukungnya sudah terlampaui, sehingga sulit mengatasi limbah dari tambak yang ada.

Menurut peneliti perairan ini, untuk melakukan pencegahan, sebaiknya tambak diistirahatkan selama dua musim atau dikeringkan. Setelah itu, dipersiapkan untuk penebaran, yang terlebih dahulu diberi kapur 500 kg - 1 ton/ha. Sedangkan padat penebaran benur diturunkan, sesuai dengan tingkat keparahan air, misalnya mengikuti pola ekstensif, 40.000 ekor / ha. Kemudian dilakukan rotasi komoditi, misalnya mengganti udang dengan bandeng atau nila merah untuk satu musim. Sehingga satu tahun menanam udang, tapi tahun berikutnya ikan. Sumber air pun perlu diambil dari tengah laut, yang masih bersih dan bebas kotoran. KuAhmadtas airnya dengan kriteria, sAhmadnitas 15-30 o/oo; oksigen dalam waktu lama berkisar pada 4-7 ppm, dengan kekeruhan plankton 30-40 cm, dan bebas suspensi lumpur.

Selain murah, hasilnya lebih tinggi diputar-putar arahnya, juga harus diteropong untuk melihat ada tidaknya pembuahan dalam telur. Yang tidak dibuahi harus dikeluarkan dari alat penetasan. Pada hari ke 11 atau 12 (lima hari setelah penyeleksian) telur sudah dianggap cukup masak. Saat itu telur  dapat digunakan sebagai pengganti jerami. Maksudnya jika kita hendak menetaskan telur baru, telur yang sudah masak dapat digunakan sebagai sumber panas, jadi tidak membutuhkan jerami lagi. Caranya, telur lama dan telur baru letaknya berselang-seling. Empat hari setelah telur masak, telur yang lama sudah dapat diambil. Lalu diletakkan di atas para-para yang beralaskan jerami setebal 10 cm dengan penutup dari karung atau kain. Saat itu pun telur dibolak-balik, dengan interval yang lebih sering, yaitu 6 kali sehari. Untuk memudahkan pembalikan, maka satu baris dari ujung para-para dikosongkan. Dengan menyentuh ujung telur saja, maka telur itu akan berguling membalik.

Di hari ke 28 atau 30 (hari ke 12 di para-para), telur-telur ini akan menetas secara bertahap. Setelah itu dipindahkan ke kandang dengan kapasitas 25 ekor per meter persegi.,Biasanya setelah berumur satu hari sudah dapat dijual, namun ada juga yang menjualnya pada umur seminggu agar lebih mahal. Melalui cara ini diharapkan kebutuhan bibit telur tetas yang selama ini kurang, dapat terpenuhi, terutama di daerah Jayapura. Secara nasional, kerugian yang diakibatkan oleh virus yang menyerang udang galah mencapai Rp 50 milyar. Sementara di kabupaten Cianjur, sampai Oktober 1997, tercatat kerugian Rp 570.800.000,00. Celakanya, semua udang yang terkena virus akan mati dalam waktu 1-7 hari, tanpa bisa diobati.

Menurut Ahmad Poernomo, Msc., peneliti perairan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, virus ini telah menyerang tambak-tambak intensif yang padat hamparannya, seperti di Magelang, Bondowoso, Sampang, Brebes, Tegal, Cianjur, Karawang, Tangerang, Serang, Sumatera Utara, dan Aceh. "Tapi virus ini tidak menyerang tambak-tambak ekstensif yang hamparannya belum melebihi daya dukung lingkungan. Contohnya, di Sulawesi Selatan," katanya pada Rita Budhipramana dari Nature Today.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Petani Udang Galah Merugi Karena Virus"

Posting Komentar